TAKDIR MEMBAWAMU DALAM SEPERTIGA MALAM

0
384
Spread the love

Oleh Nina Aniati
Alumni SMKN 1 Cikalongkulon

Setelah hari itu, aku terus memikirkannya lagi. Entah apa yang terlintas dalam hati dan pikiranku, yang kutahu hanyalah ingin bertemu kembali tanpa ada hal lain lagi. Memcoba untuk berpikir realistis hingga akhirnya aku mampu menyadari bahwa tak selamanya apa yang kita inginkan terjadi. Kembali menatap ponselku yang sedang kugenggam saat itu. Aku tak bisa membuka whatsapp karena harus diperbarui. Karena jika itu harus minta nge-bluethoot dari temanku.

Jam 11 siang tepatnya, aku tertidur pulas. Terbangunkan oleh suara telepon dari temanku yang akan ke rumah, akhirnya aku bangun. Lalu, siap-siap.

Tring… Tringgg… “Nin, udah di depan. ” Telepon masuk dari temanku

Menunggu aplikasi whatsApp dibagikan, kita mengobrol meskipun tak lama. Akhirnya aku bisa kembali menggunakan aplikasi whattsApp untuk berkomunikasi. Temanku pulang lagi, karena cwo iya gak enak juga mungkin. Aku kembali ke kamar, tetapi membuka mesengger dulu.

“Hah… Ada pesan 2 dari siapa 1 nya lagi? “tanyaku dalam hati. Lalu, kubuka dan ternyata. Sungguh tidak percaya sama sekali, dia yang sempat kutemui di acara kelasku, mengirimkan sebuah pesan, menanyakan kabar, kita bertukar nomer WA. Setiap hari kita berkomunikasi, layaknya orang biasa, teman biasa, bersilaturahmi.

Dua hari telah berjalan, akhirnya dia menceritakan maksud dia datang kepadaku, tak kupercayai. Ternyata dia datang membawa sepotong hati, dengan niat yang sangat baik. Dia ingin menikah, dan saat meminta di sepertiga malam setelahnya, langsung terbayang wajahku ujarnya. Tadinya ingin mengirim pesan dari hari itu, namun dia menahannya karena saat itu dia sedang mengemban ilmu di pesantren. Dan kala itupun dia belum pulang.

Satu bulan berjalan, dia pun akhirnya pulang. Dia ingin sekali bertemu denganku dan ingin mengenalkanku kepada keluarganya. Meskipun adiknya sudah kenal denganku dan dengan ibunya pun sempat bertemu pada saat aku wisuda, ibunya memuji ku saat itu. Namun, tak bertemu dengannya. Aneh bukan. Padahal aku sangat mengingin bertemu dengannya saat itu, iyaa saat itu memang belum berkomunikasi.

Pada hari minggu, 26 September 2021 aku dijemput untuk dikenalkan ke keluarganya. Mereka menyambutku dengan sangat baik. Ke ibu dan ke ayahnya dikenalkan bahwa ini perempuan yang aku ingin. Dari situ aku begitu terharu, senang dan tak percaya. Karena sudah asyar, akupun solat di rumah dia dan setelahnya main dengan adiknya serta temannya, kebetulan juga sama Teh Deti sodaraku. Oleh ibunya diajal kepengajian, tapi ternyata malam yang asalnya sebelum magrib. Karena udah lama juga, aku pamit untuk pulang. Namun, pulangnya bareng dengan Teh Deti.

Sesampai di rumah, sudah ada pesan lagi darinya.

“Gimana tadi seneng gak? ” pesan yang dia kirim

Sungguh, aku merasa perempuan paling beruntung yang dicintai dengan tulus, diterima oleh keluarganya. Bahkan waktu demi waktu terus berjalan ibunya begitu menyayangiku, ibu nya berkata kepada dia bahwa jangan sampai menyakiti Nina.

Seumpama takdir yang begitu ku kira tak akan pernah berada diposisi seperti ini. Aku seorang perempuan yang ingin dicintai dan dimengerti sejak dahulu dan sekarang mimpi itu nyata. 4 kali aku dibawa ke rumahnya. Dan untuk yang ke 3 kali nya, saat Nina Mau divaksin ke 2, dia mengantarku ke cianjur. Sepanjang jalan kita bercanda. Bahkan yang tak pernah kulupa adalah pas pulangnya, bener-bener dunia ini serasa milik berdua, dasar aku ini. Jalan dari cikalong hingga ke cikalong lagi, sudah kita kelilingi.

Akhirnya sampai juga ke rumah dia lagi. Tiba-tiba ada tetangga nya, dan bilang “Ohh si cantik teh, ternyata calonnya si jalu. ” Ujarnya.

“Iya dong, kita kan mau nikah, barusan abis di vaksin soalnya kalo ke KUA harus pakai vaksin, ” Jawab dia.  Aku hanya tertawa mendengarkan mereka. Ibunya pun hanya menggelengkan kepala dan tertawa.

Lalu, dia mengajakku kepinggir laut, kebetulan rumah dia di Maleber dan dekat sekali dengan laut. Kita mengabadikan moment itu dengan berfoto. Tiba-tiba ada bapak-bapak baru pulang mancing.  “Cie-ciee ciee.. “Ujarnya

“a kedenger gak barusan bapak-bapak itu bilang cie? “tanyaku

“Enggak de… Emang iya? “jawabnya. Lalu dia berteriak ke bapak-bapak itu karena kebetulan mereka sudah jalan jauh.

“Iyaa dong pakk… Kan kita mau nikah, jangan sirik ya pak. “Dengan lantang dan kencang dia berteriak. Aku hanya tertawa dibuatnya.

Tiba-tiba, hujan turun. Kita langsung buru-buru pulang, dan aku terjebak ujan di rumahnya. Lalu, ibu nya menawariku untuk makan. Tapi, aku menolaknya. Dengan dipaksa oleh dia dan langsung dibawakan nasi 1 piring, akhirnya akupun tak bisa menolak lagi. Karena ibunya juga kebetulan belum makan, akhirnya kita makan bertiga. “Baru kali ini ya Allah, seneng banget. “Ucapku dalam hati. Setelah selesai makan, hujan pun reda dan aku pulang.

Bersambung…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here