Oleh Eva Helviana Hafsah
Guru SMKN 1 Cikalongkulon
Aku harus meminta pendapat Raja mengenai masalah ini, biasanya dia cukup bijak jika memberikan masukan. Aku bergegas menuju kelas Raja. Langkahku terhenti ketika aku melihat dia sedang duduk di bangku taman dan dia sedang mengobrol sambil tertawa-tawa riang dengan Rena. Apa Rena benar-benar menyukai Raja? Mengapa Rena selalu beruntung? Dulu aku suka Niko tapi dia malah jadian dengan Rena. Eh tunggu, kenapa aku bilang dulu, apakah sekarang aku sudah tidak menyukai Niko lagi? Melihat mereka berdua seperti bahagia saat itu membuatku iri, biasanya aku dan Raja bisa mengobrol seriang itu karena dia orangya lucu.
“Eh Rasti, ngapain berdiri di situ?”, Raja menoleh.
Aku kaget dan mencoba menutupi rasa tidak suka melihat mereka mengobrol berdua.
“Eh Raja, gak, aku ada perlu tadinya sama kamu tapi kamu lagi ngobrol seru kayaknya ma Kak Rena, jadi nanti lagi aja deh”.
“Rasti gak apa-apa koq, sini duduk!”, aja Rena.
“Ah entar aja Kak, lagian aku mau masuk kelas dulu, entar aja ngobrolnya”, aku menolak.
“Oh, ya udah kalo gitu nanti aja pulang sekolah ya, aku ke kelas kamu”, ucap Raja.
“Iya, aku duluan ya Kak Rena”.
“Oke deh”, jawab Rena.
“Jadi sekarang Raja berubah karena dia? Dia tidak lagi menggangguku atau membuatku kesal ternyata lagi deket sama Rena. Dia pasti sudah jadian sama Rena. Pasti dia bangga banget tuh bisa pacaran sama kakak kelas, udah gitu cantik lagi ceweknya”, ucapku menggerutu dalam hati sambil berjalan menuju kelasku.
*
“Mia pulang bareng yu”, aku mengajak Mia.
“Lho, tumben gak lembur Ras, biasanya kamu ada kerjaan OSIS lah, ada latihan lomba dan lain-lain, koq pulang cepet, ini kayak bukan kamu deh”, ucap Mia sambil tertawa.
“Udah jangan meledek, aku lagi males aja pengen pulang cepet Mia, cape”, jawabku.
“Oke deh, ya udah hayu”.
“Rasti tunggu!”, Raja memanggilku sambil berjalan ke arahku.
“Tuh ada si Raja, hemmm, pasti dia ngajak pulang bareng deh, cieeee”, Mia meledekku.
“Apa sih Mia, udah deh jangan ngomong gitu”.
“Tadi katanya mau ngobrol abis pulang sekolah koq kamu malah mau pulang, kenapa?”, tanya Raja.
“Lagi pengen pulang cepet aja, lagi cape”, jawabku.
“Koq aneh sih seorang Rasti yang super rajin dan pintar pulang cepet, aneh deh”, ucap Raja sambil tertawa.
“Jadi pulang bareng gak nih?”, tanya Mia sudah siap meluncur dengan sepeda motornya.
“Gak jadi Mia, nanti dia pulangnya bareng aku aja”, jawab Raja.
“Oke deh duluan ya, daaahhh”, Mia pergi meninggalkan kami.
“Tadi mau ngobrol apa? Sok bilang, kamu lagi butuh aku ya dalam memutuskan sesuatu, emang sih aku oranngya sering banget dimintai nasehat oleh orang-orang yang bingung, aku kan….”,
“Udah deh jangan bercanda, lebay banget sih”, aku memotong pembicaraan dia sambil berjalan menuju tempat duduk.
Raja menghampiri dan duduk di sampingku.
“Kamu kenapa sih Mi? Sensi amat”, tanya Raja.
“Akhir-akhir ini kamu jarang kelihatan ya, kamu udah jadian ma Rena ya? Koq kamu gak cerita sih?”, tanyaku.
“Lho, koq malah nanya itu sih kamu, jadi tadi itu kamu mau nanyain itu aja?”.
“Gak juga sih, tapi kenapa sih kamu gak pernah cerita kalau udah jadian sama Rena?”, tanyaku penasaran.
“Kata siapa aku jadian sama Rena? Kamu tau dari siapa?”, tanya Raja.
“Ya gak sih cuma kelihatan aja kalian begitu akrab dan bahagia”.
“Ok kalau memang aku jadian sama Rena, emang aku perlu ya bilang sama kamu? Emang perlu ya cerita semua masalah pribadiku?”, Raja bertanya.
“Aku kan sahabat kamu, biasanya kamu cerita apapun sama aku”.
“Bener kamu menganggap aku sahabat?”, tanya Raja membuatku kaget.
“Iyalah, emang kenapa?”, aku balik bertanya.
“Rasti, sebenarnya kamu suka sama aku kan? Kamu gak suka lihat aku deket sama cewek lainkan? Kamu cemburu lihat aku sama Rena?”, tanya Raja sambil tersenyum.
“Kamu ngomong apa sih aneh, ya enggaklah mana mungkin aku suka sama kamu”, aku kaget mendengar ucapan dia.
“Udahlah Rasti ngaku aja deh, aku kenal kamu lebih dari teman-teman kamu yang lainnya lho, keliatan lho kalau kamu suka sama aku”, ucap Raja sambil memandangku.
“Apaan sih kamu ngaco”, aku mengalihkan pandanganku darinya.
“Kamu tau gak waktu lomba nyanyi? Aku bilang kan lagu yang aku bawain buat orang istimewa? Nah orang istimewa itu kamu, masa kamu gak nyadar sih Rasti, aku suka sama kamu jauh sebelum kamu suka sama aku”, Raja menjelaskan membua mukaku terasa panas antara malu, kaget dan senang.
“Ah yang bener, kamu suka sama aku udah lama?”, aku merasa tidak yakin.
“Ya ampun Rasti Ardianti, kamu polos banget ya, kamu pikir dari dulu aku sering gangguin kamu, terus deketin kamu, chat kamu tiap hari itu apa? kamu gak nyadar? Kalau soal perasaan kamu memang bodoh Rasti”, ucap Raja meledekku.
“Kamu gak pernah bilang”, ucapku.
“Harusnya kamu tau dari sikapku, ah sudahlah sekarang kan kamu udah tau perasaanku, sekarang aku tanya lagi, kamu suka gak sih sama aku?”, tanya Raja.
Aku bingung mendengar pertanyaan dia. Ada rasa senang tapi ada juga perasaan gengsi.
“Kamu udah tau jawabannya”, jawabku sambil berdiri dan berjalan.
“Bener kan kamu suka sama aku?”, tanya Raja lagi.
Aku menoleh dan tersenyum ke arahnya.
“Yeaaaa, ternyata Rasti Ardianti selama ini suka juga dengan Raja Pratama, yesss!”, teriak Raja.
“Tapi kita tetap seperti ini ya jangan pacaran kayak yang lain, buktikan aja 5 tahun ke depan kamu melamarku”, ucapku.
“Ya ampun Rasti kamu lucu banget deh, I love you Rasti”, ucap Raja.
Aku tidak menjawab ucapan dia, kurasa dia sudah tahu jawabannya yang jelas hari ini aku merasa senang dan bahagia.
(Tamat).