KECEWA

0
403
Spread the love

Oleh Olis Aisah, S.Pd.
Guru SMKN 1 Cikalongkulon

Aku  bergegas pulang setelah jam pelajaran terakhir aku tuntaskan. Sebelum ke tempat parkir motor,  aku masuk sebentar ke ruang guru untuk mengambil  tempat nasi dan botol minum yang aku bawa  tadi pagi. 

” Kok,  buru-buru Neng?”

Teh Rara mengagetkan aku dari balik  musola kecil tempat kami sholat jika berada di sekolah. “Iya Teh, mau ikut  pengajian di musola dekat rumah.”

” Alhamdulilah. Iya, sok atuh Neng hati-hati di jalan.”

” Terima kasih,Teh.”

Setelah cipika-cipiki dengan Teh Rara aku melangkah ke luar. Sejenak aku berhenti untuk absen di k.mob kemudian  aku langsung berjalan ke tempat parkir. Setelah menstater motor, aku mengendarai motorku menuju pintu gerbang.

” Pulang, Bu?” Pak  Pardi, satpam sekolahku bertanya dengan santun. Aku menahan laju sepeda motorku untuk balas menyapanya.

Pukul 16:00 aku sampai di rumah, Bi Rodiah yang sedang menyapu halaman  membukakan pintu pagar  untukku.

 ” Bi, Radit sudah pulang?”ucapku.

” Belum Bu, kalau Ibu mau mengaji silakan saja, Bibi menunggu Kaka pulang dulu, baru Bibi pulang ke rumah.”

Setelah sholat Asyar aku segera pergi ke musola An-Nur untuk mengikuti pengajian rutin. Bi Rodiah aku suruh pulang, kasihan  Mang Saep kalau Bi Rodiah pulang terlalu sore. Kubawa gawai milikku takut saat aku mengaji Mas Ardi suamiku atau Radit anakku pulang, mereka biasanya bila sampai rumah langsung mencariku.

Kulangkahkan kaki kananku mmemasuki musola, terlihat  beberapa orang ibu dan ustad  pengajar  sudah hadir lebih dulu, setelah mengucapkan salam aku duduk dekat Ibu Jubaedah, tetangga sebelah rumahku. Pengajian dimulai dengan membaca  4 ayat  pertama  surat An-nisa secara bergiliran.  Setelah selesai mengaji, Ustad Karim menjelaskan makna surat yang dibaca. Semua orang dengan seksama menyimak apa yang dijelaskan oleh Ustad Karim termasuk juga aku.  Tiba-tiba hpku berdering  dan tentunya cukup mengganggu pendengaran, aku segera minta izin untuk menerima panggilan tersebut di luar. Kulihat deretan angka no telepon  yang tak kukenal, setelah klik warna hijau, aku menempelkan hp di telinga kiriku, kuucapkan Assalamualaikum setengah berbisik, takut mengganggu yang lain.

Tidak ada jawaban dari sipenelepon sehingga aku menjadi kesal,

 “Maaf ya, ini dengan siapa?”suaraku sedikit bertenaga.

 ” Ini orang yang Anda telpon tadi, nomor ini tadi memanggil saya.”ucapnya menjelaskan.

 ” Hello…Ibu  tidak tahu no ini, mana mungkin Ibu  memanggil nomor kamu.”kututup telpon karena menurutku percuma berbicara dengan ABG labil. Dari suaranya aku pastikan dia adalah anak ABG.

Aku  membalikan badan untuk masuk lagi ke musola,  tapi tiba-tiba langkahku terhenti karena ABG itu menelpon kembali.

” Iya, ada apa lagi?”ucapku datar.

” Pacarnya anak ibu, namanya Mayna, ya?” tiba-tiba dia berkata.

” Lagi-lagi kamu sok tahu ya, kalau kamu tahu nama pacar anak Ibu, coba sebutkan nama anak Ibu,  siapa?”

Anak itu diam dan sebelum dia berkata lagi, ” Tolong ya jangan ganggu Ibu lagi, Ibu sedang ngaji.”

Baru saja aku  duduk dan mulai menyimak penjelasan Ustadz Karim, di hpku yang aku letakan di depanku terlihat panggilan masuk dari nomor yang sama, untung tidak menimbulkan kebisingan karena tadi sebelum masuk lagi ke musola  hp aku silent.  Aku biarkan saja, beberapa menit kemudian panggilan itu dimatikan, aku bernapas lega tapi tak lama kemudian ada panggilan lagi. Aku tetap dengan sikap yang sama mendiamkan panggilan tersebut. Tapi tetap saja panggilan tidak dihentikan, akhirnya aku klik tanda hijau untuk menerima panggilan tersebut tapi aku tidak mengajaknya bicara, aku biarkan saja dia mendengarkan penjelasan Ustad Karim. Setelah beberapa saat panggilan itu berhenti. Aku merasa terbebas dan  aku kembali fokus mendengarkan penjelasan Ustad Karim sampai selesai.

Ketika aku pulang, Radit sudah berada di kursi yang ada di teras  rumah.

 “Kenapa tidak ambil kunci ke Musola, Nak?”

” Kaka, baru saja sampai Bu, tadinya mau ke musola tapi barusan, Bu yusma teman ibu lewat  pulang dari mushola… ya sudah Kaka   ga jadi.”

” Ayo, kita masuk. Kaka mandi dulu terus makan.”

Ketika anakku mandi, aku penasaran dengan hpku, apakah si-ABG tadi nge-chat aku atau tidak. Begitu kubuka  WhatsApp, terlihat  ada 6 chat dari nomor ABG itu.  Satu persatu chat-nya aku baca. Pada chat ke-6 aku begitu heran karena dari screenshot ABG itu panggilan  pukul 10 pagi di hp anak itu  benar dari nomorku. ” Kok bisa? …  Aku kan tidak memanggil dia.”bisikku.

” Kenapa Bu, kok bengong?”Radit yang sudah ke luar dari kamar  mandi  menegurku.

” Ada yang menelpon Ibu Kak, katanya tadi pagi nomor Ibu memanggil dia tapi Ibu tidak merasa, tapi anak itu sangat yakin dan sekarang dia kirim bukti  screenshot-nya dan itu benar nomor Ibu.”aku menjelaskan semuanya.

” Sini … Kaka lihat hp Ibu.”

Aku memberikan hpku kepada Radit, lalu anakku melihat screenshot dari anak itu.

” Wah … ada orang yang pakai hp Ibu untuk bikin akun Facebook, Ibu ingat- ingat siapa yang memakai  hp Ibu?”

” Ga ada ah, Kak. Ibu ga pernah meminjamkan hp pada orang lain, paling kakak yang suka otak-atik hp Ibu.”

” Ga mungkin Kaka Bu, Kaka bikin akun dari hp Kaka sendairi.  Kalau Kaka ga salah Ibu pernah bilang Ibu nolongin murid Ibu yang ga punya hp waktu ulangan.”

” Tapi kan itu sudah lama Kak, sudah 6 bulan lalu.”

” Iya, ga apa-apa Bu, mungkin saat itu dia gunakan nomor hp Ibu untuk bikin akun Facebook.”

Aku tak percaya dan hatiku menolak kalau anak yang kutolong, tak  mungkin seperti yang dikatakan anakku.

” Tapi ga mungkin Kak, dia seperti itu?”

” Biar Ibu tahu siapa orangnya, Ibu minta   anak yang menelpon  tadi screenshot nama atau foto penggunakan Facebook itu.”

Aku mengikuti saran anakku, aku wa anak yang menelpon aku tadi dan meminta hal yang disebutkan anakku, karena dia sedang on, chatku langsung dibaca dan tak lama kemudian dia balas.

“Iya Bu, tunggu sebentar.”

Tak lama kemudian anak itu mengirimkan apa yang kuminta, setelah aku lihat   aku tak percaya,  ternyata apa yang disangkakan Radit anakku, terhadap Boy  anak yang kutolong, benar adanya. Anak yang kutolong agar bisa ulangan,  telah membuat akun Facebook menggunakan  nomorku. Berarti sudah sekitar 6 bulan dan aku baru tahu sekarang karena seorang anak yang menelponku tadi sore.

 Aku menyesal telah berprasangka buruk kepada anak yang menelponku tadi sore, ada  rasa kecewa teramat dalam di hati karena  anak yang aku tolong berbuat seperti itu. 

Hp anakku yang rusak, aku sudah  service awalnya kusiapkan untuk anak Boy, tapi setelah kejadian ini, aku  urungkan  niat untuk memberikan hp  itu karena perbuatan Boy membuatku  kecewa

Untuk mengetahui alasan Boy, aku segera WhatsApp nomor ibunya dan setelah dibaca, aku wa lagi kalau aku akan menelepon minta berbicara dengan Boy anaknya. Setelah diiyakan aku langsung menelepon Boy.

” Assalamualaikum, Boy.”

” Waalaikumsalam, Ibu.”

” Boy,  langsung saja ya, apa yang kamu lakukan waktu Ibu pinjamkan hp ke kamu?”

” Mengisi soal ulangan,Bu.”ucapnya mantap.

”  Oke, selain menjawab soal ulangan, apa lagi?”

” Tidak ada Bu, itu saja?”

” Yakin, tidak ada yang lupa? Hp Ibu itu tidak pernah Ibu pinjamkan kepada siapa pun kecuali kamu, jadi jika ada sesuatu yang terjadi terkait hp, Ibu tahu siapa orang yang  telah lakukan sesuatu … dan kemarin ada orang seumuran kamu menelpon Ibu, dia kekeh kalau nomor Ibu telah menghubungi dia.” 

Nada suaraku mulai naik karena kesal Boy tidak mengakui perbuatanya.

” Hallo Boy, masih dengar apa yang Ibu ucapkan?”

” Iya Bu.” suaranya hampir tak terdengar.

” Ada yang  mau dikatakan?”

” Iya Bu,  saya telah menggunakan nomor telepon Ibu untuk membuat akun Facebook.”

” Menurut kamu apakah itu perbuatan yang benar? Dan kamu harus tahu kemarin sore Ibu ditelpon terus-terusan oleh orang yang mencari kamu, rupanya kamu dan dia sedang bermasalah. Oleh karena itu, Ibu minta kamu tidak memakai nomor Ibu untuk kepentingan apapun termasuk membuat akun facebook. Jadi Ibu minta jangan gunakan  nomor Ibu, jangan menyalahgunakan kebaikan orang, seperti yang kamu lakukan sekarang ini kepada Ibu.”

” Tidak Bu, saya minta maaf atas kelancangan saya, saya tidak akan menggunakan nomor telepon Ibu lagi, Ibu bisa cek setelah ini.”

” Iya,Ibu akan lihat. Tolong ya,  bukan hanya dengan Ibu tapi dengan  siapapun jangan lakukan hal yang tidak terpuji, niat baik orang menolong kamu jangan disalahgunakan. Ibu minta maaf kalau Ibu berkata tegas, semata-mata untuk kebaikan kita bersama. Sudah ya, Assalamualaikum.”

” Waalaikumsalam, sekali lagi maaf ya Bu.”

” Iya tapi jangan kamu ulangi.”

Ada rasa lega karena aku sudah bisa menasihati anak didikku agar dia tidak melakukan kesalahan lagi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here