Hikmah di Balik Ujian

0
715
Spread the love

Oleh Olis Aisah, S.Pd
(Guru SMKN 1 Cikalongkulon)

Air mata Nava  tak berhenti menetes,  mata cantiknya terlihat sembab, mukanya sangat kusut berbeda dengan Nava biasanya. Di depannya dua balita yang masih lugu berguling-guling di kasur lantai berwarna merah. Mereka tidak tahu apa yang sedang dirasakan bundanya. Nazwa si sulung sesekali mengusap air mata Nava.

 “Bunda kenapa, kok nangis?” Nazwa menatap bundanya.

Nava  mencoba tersenyum untuk menutupi rasa sakitnya.

 “Kapan kita pulang, Bunda?” Lanjut Nazwa.

Dada Nava mendadak sesak karena dia tidak tahu harus menjawab apa, kepada Nazwa. Bu Maya segera mengalihkan pertanyaan Nazwa.

 “Nazwa sayang, ikut nenek yu ke warung.”

Gadis kecil itu mengangguk kemudian memegang tangan  neneknya yang mengajaknya pergi. Sepeninggal Nazwa dan ibunya, Nava sudah tak sanggup lagi menahan tangis, dia menangis sambil memeluk Raihan, anak keduanya yang berumur 2 tahun. Si kecil hanya memandang bundanya sambil memainkan  botol susu yang sudah kosong.

Nava bingung apa yang harus disampaikan kepada Nazwa bila dia mengajak pulang dan bersama lagi dengan ayahnya. Mereka masih terlalu kecil untuk tahu apa yang sudah terjadi antara bunda dan ayahnya.

*****

Sudah seminggu Nava dan kedua anaknya berada di Kampung  Suka Damai, tempat tinggal Bu Maya, yaitu ibunya Nava. Bu Maya sangat terhibur dengan  tingkah  2 cucunya yang lucu dan menggemaskan tapi dia juga sekaligus bersedih dengan nasib yang dialami Nava  anaknya. Bu Maya ingin membantu Nava melewati masa-masa sulitnya dengan sering menghibur dan  mengajaknya bercakap-cakap untuk bertukar pikiran tapi Nava masih tetap sama murung dan tidak peduli dengan dirinya.

Nava masih  bersedih, dia belum bisa melupakan penghianatan suaminya yang tiba-tiba memintanya pisah karena dia akan menikah dengan  mitra bisnisnya seorang pengusaha sukses. Nava masih  terlihat murung dan tak bersemangat. Melihat anaknya  seperti itu Bu Maya tentu sangat khawatir. Dia  takut anaknya sakit dan tidak bisa mengurus cucunya. Kalau hal itu sampai terjadi bisa-bisa dia kehilangan cucu-cucunya karena diambil oleh ayahnya.

“Nava sayang, ibu sangat tahu perasaanmu, sakit yang kamu rasakan bisa ibu lihat dan rasakan, tapi kamu harus tahu dengan kamu seperti ini, tetap tidak bisa mengembalikan Rusli kepelukanmu, mungkin dia tambah benci sama kamu sekarang, karena kamu dinilainya cengeng dan tidak mengurus anak.”

Nava hanya menarik napas panjang mendengar ucapan ibunya. Bu Maya mengelus rambut anaknya yang dibiarkan terurai kemudian  menyisir rambut Nava.

“Kamu makan ya, kamu harus  sehat untuk kedua anakmu. “

Nava bangun  kemudian duduk bersandar ke tembok, dia pandangi kedua anaknya yang masih kecil dan tentunya sangat membutuhkan kasih sayangnya.

“Kalau aku seperti ini bagaimana nasib mereka, ayahnya belum tentu masih ingat dengan mereka kalau nanti dia memiliki anak dari wanita yang kini dicintainya. Aku harus bangkit dan kalahkan perasaanku, mereka butuh aku ibunya.”bisik hatinya.

Bu Maya menatap Nava dengan lembut kemudian mengecup kening Nava. Nava memeluk ibunya erat, dia menangis dalam pelukan ibunya.

” Apa salah Nava Bu?, sampai Mas Rusli perlakukan Nava seperti ini. Selama ini Nava sudah melakukan tugas Nava sebagai istri, malah ketika Mas Rusli meminta Nava untuk  resain dari pekerjaan dengan alasan fokus mengurus anak,  Nava lakukan walau itu hal terberat dalam hidup Nava. Sekarang dengan seenaknya dia berpaling kepada wanita lain dan meninggalkan kami ….”

Belum selesai Nava berbicara, Bu Maya menempelkan telunjuknya di bibir Nava sambil menggeleng. ” Tidak usah kamu teruskan, nanti hanya akan membuatmu terluka, yakini ini ujian dari Alloh untukmu karena Alloh tahu kamu kuat menerima ini, memang berat dan menyakitkan tapi pasti ada hikmah dari semua ini, percaya itu.”

Nava mengelap matanya yang basah, kini tangisnya mereda kemudian dia  menatap ibunya. ” Mengapa Alloh menguji Nava seperti ini, apa selama ini Nava berbuat salah, Bu?”

Dengan tersenyum bu Maya menjawab pertanyaan anaknya, “Allah Maha Kuasa untuk menguji  hamba-Nya, tidak harus berbuat salah dulu. Ujian Allah itu untuk menguatkan keimanan hamba-Nya.”

“Ibu yakin, kalau Nava bisa kuat  melewati ujian ini?”ucap Nava dengan tatapan kosong.

“Tentu  saja, Ibu sangat yakin karena Allah tidak akan salah dalam memberikan ujian dan kamu harus tahu Allah sangat mengenal kamu dibandingkan kamu sendiri.”bu Maya menatap Nava.

“Kalau gitu tolong Ibu doakan dan yakinkan Nava terus.”Nava menangis dalam pelukan hangat ibunya.

“Ibu sudah lakukan sebelum kamu minta.”bu Maya mengecup kening Nava kemudian mendekapnya.

*****

Setelah Nava  mulai bangkit dan bisa menguasai perasaannya tiba-tiba kedua anaknya sakit, demamnya mencapai 38 derajat celcius. Hal tersebut tentu membuat Nava panik, apalagi ini kali pertama anaknya sakit setelah mereka pisah dari ayahnya.  Setelah memeriksakan anaknya ke dokter,   Nava baru tenang karena anaknya tidak apa-apa, menurut dokter mereka hanya  masuk angin. Mungkin  karena kemarin sore mereka main hujan-hujanan. Walau begitu Nava berusaha memberitahu mantan suaminya  karena menurut Nava, sakitnya mereka dipicu oleh kerinduan mereka kepada ayahnya. Setelah beberapa kali  menelpon  tetapi telpon Rusli  tidak aktif, Nava akhirnya mengakhiri panggilannya.

Benar kata dokter anaknya hanya masuk angin sehingga dalam 2 hari  anak-anaknya sudah sehat kembali.

Nava sudah mantap dengan rencananya untuk berwirausaha agar dia bisa mendapatkan penghasilan tapi juga tidak meninggalkan kewajiban mengurus anak-anaknya.  Setelah dia berdiskusi dengan Ibu dan teman kuliahnya yang sukses menjadi reseller busana muslimah. Dengan restu ibunya, Nava merenovasi  warung yang dulu  tempat ibunya berjualan kelontongan   menjadi sebuah butik yang menyediakan busana muslimah. Uang tabungan sewaktu dia kerja yang jumlahnya lumayan dia jadikan modal  usahanya.

Di hari grand opening butiknya, Nava mengadakan selamatan alakadarnya dengan mengundang ibu-ibu majelis taklim di tempat ibunya mengaji. Saat pengguntingan pita, Nava meminta ibunya yang melakukan. Diawali Bismilah Bu Maya melakukan apa yang diminta anaknya. Ibu-ibu majelis taklim yang diundang mendapat diskon khusus sebesar 30%, dengan potongan tersebut  banyak ibu-ibu yang membeli busana muslimah di Nava Collections.

 Tanpa Nava duga sebelumnya, di hari itu dia dapat menjual puluhan setel busana muslimah. Sebuah permulaan yang bagus.

Nava Collection terus berkembang,  banyak ibu-ibu yang membeli busana muslimah di butik Nava. Pelayanan yang ramah dan kualitas barang yang bagus  membuat pelanggan tidak kapok untuk datang lagi. Sekarang  pelanggan Nava Collections sudah tambah luas karena Nava melakukan penjualan secara online melalui  medsos sehingga yang membeli barangnya bisa orang dari luar  kabupaten bahkan dari luar provinsi termpatnya berada. Kesibukannya di butik, telah membuat Nava melupakan  kesedihannya.  Nava sudah kembali ceria apalagi bila dia sedang berhadapan dengan pelanggannya, raut wajah sedihnya sudah tak nampak lagi.

Seperti saat ini,  bu Patimah dan bu Sarah datang dari desa tetangganya. Mereka datang dengan tujuan memesan busana muslimah untuk seragam majelis taklim yang berjumlah 85 setel. Nava terlihat bersemangat menunjukkan model-model busana muslimah kepada bu Patimah dan bu Sarah. Setelah menemukan model dan kain yang cocok hari itu juga bu Patimah deal memesan 85 setel dengan Dp 20%  dari total keseluruhan.

Setelah kedua tamunya pulang, Nava tersenyum senang karena model yang dipilih adalah busana muslimah rancangan nya sendiri. 

“Neng tolong hubungi, Teh Ani,  Teh Sinta, Pak Enkan, Kang Engkos dan Teh Tini, minta mereka datang ke butik setelah duhur, bilang ada orderan.”nada bicara Nava  penuh semangat

“Siap Bu, sekarang Neng hubungi mereka.”Erina mengangkat tangannya tanda hormat.

*****

Saat Bu Maya masuk ke butik, dia melihat anaknya sedang senyum-senyum  sendiri.

“Ada apa ini, roman-romannya ada yang lagi bahagia nih?”bu Maya menggoda anaknya.

Nava berlari memeluk ibunya. ” Doakan ya Bu, aku dapat orderan  busana muslimah 85 setel.”

“Alhamdulilah, insyaallah Ibu selalu doakan.”bu Maya terlihat bahagia.

“Bu, mungkin ini adalah hikmah dari ujian   yang Alloh berikan, aku bisa dekat dan  jaga Ibu, aku punya pekerjaan tapi aku juga tidak meninggalkan kewajibanku menjaga anak-anakku, aku merasa hidupku  sekarang lebih bermanfaat  dan yang lebih penting  lagi, sekarang aku merasa hatiku lebih tenang.”

Bu Maya menepuk-nepuk bahu anaknya. ” Jangan lupa bersyukur dan keluarkan sedekah untuk orang yang berhak.”

“Siap Bu, aku akan selalu ingat pesan Ibu.”

*****

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here