Oleh Ai Ratnasari, M. Pd.
Guru SMKN 1 Cikalongkulon
Masih lekat dalam ingatan bulan Ramadan yang telah kita lewati merupakan bulan yang teramat luar biasa karena di bulan Ramadan-lah amalan kita dilipatgandakan. Suatu keberuntungan bagi kita umat Islam dapat bersua dengan bulan seribu bulan yaitu bulan suci Ramadan 1428 H dua pekan yang lalu umat Islam se-dunia telah melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama yakni melaksanakan puasa Ramadan sebulan penuh. Bulan Ramadan yang penuh hikmah, tak terkecuali bulan penuh magfirah adalah momentum untuk lebih dekat dengan sang khaliq. Dengan memperbanyak amalan baik wajib maupun sunnah karena di bulan Ramadan segala perbuatan baik kita menjadi berlipat-lipat nilainya, semangat ber-fastabiqul khairat tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan, namun di bulan-bulan syawal dan bulan-bulan lainnya tetap diimplementasikan sebagai suatu kekonsistenan dalam menebar kebaikan di dunia ini sebagai suatu kemestian yang harus dilaksanakan bagi umat manusia yang beriman.
Makna fastabiqul khairat yaitu sebagai khalifah di dunia umat Islam senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan dan hanya ditujukan kepada Allah SWT dan hanya mengharap keridaan-Nya untuk mendapatkan rahmat dari sang khaliq. Rangkaian ibadah yang dilaksanakan di bulan Ramadan baik sunnah maupun wajib seperti tadarus/mengaji Al-Qur’an, berinfak/bersodaqoh dijadikan sebagai fondasi dalam menerapkan bukan hanya pada bulan Ramadan melainkan bulan-bulan lain sebagai suatu kewajiban dalam berlomba-lomba dalam kebaikan. Suatu perbuatan bagi orang yang beriman tanpa syarat sudah semestinya dimiliki bagi setiap individu yang beriman, alangkah bahagianya bagi setiap muslimin dan muslimat dapat menjadi pribadi muslim yang menjadikan kehidupannya mendekatkan diri kepada Rabb-Nya.
Bulan Ramadan telah usai, roman kebahagian terpancar dari wajah-wajah umat Islam yang selama satu bulan melaksanakan rukun Islam yang ke tiga, yaitu puasa Ramadan. Rukun Islam di antaranya membaca syahadat, melaksanakan salat, membayar zakat, menjalankan puasa Ramadan dan menunaikan haji bagi yang mampu secara fisik maupun psikis. Kelima kewajiban itu merupakan syarat utama untuk menjadi umat muslim yang sempurna. Bulan Ramadan kini telah meninggalkan kita semua, apakah di antara kita dapat menjamu Ramadan dengan baik atau hanya sekadarnya saja tentunya kita dapat menilainya dan harapan besar kelak akan bertemu kembali dengan bulan Ramadan tahun yang akan datang.
Saat hari kemenangan tiba atau ber-lebaran umat Islam kembali fitri ibarat bayi yang baru dilahirkan kembali. Saling memaafkan antara anak dan orang tua, keluarga, handai taolan dan sahabat sesama muslimin dan muslimat adalah ajang paling membahagiakan merayakan hari kemenangan yang dinanti telah tiba. Merayakan bersama keluarga adalah momen yang paling indah.
Meskipun bulan suci Ramadan telah berlalu semoga amalan-amalan pada bulan Ramadan dapat tetap diamalkan sebagai suatu kewajiban yang harus tetap implemtasikan sebagai manifestasi muslim yang senantiasa beriman pada Allah SWT. Muslim yang baik adalah yang menjalankan kebaikan secara kontinu, ada ataupun tiada orang yang melihatnya tetap menjadi pribadi yang beriman. Selalu berbuat kebaikan di mana pun berada dan kepada siapa pun tak membeda-bedakan kasta atau pun derajat setiap manusia bahkan kepada makhluk lainnya bahwa berbuat baik adalah suatu kewajiban bagi manusia yang beriman dan ber-mahabah menjadikan segalanya hanya untuk mencari keridaan Allah SWT di atas kepentingan pribadi.
Berlomba-lomba dalam kebaikan tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadan, harapan mencapai derajat takwa sudah semestinya diraih oleh umat muslimin dan muslimat. Dengan semangat fastabiqul khairat tetap dinyalakan pada bulan-bulan selanjutnya sehingga menjadi manusia yang beriman dengan ber-fasbiqul khairat tak harus menunggu bulan Ramadan tetapi hal itu berlanjut sepanjang hayat. Menghadapi bulan syawal disunahkan berpuasa selama enam hari, dengan berpuasa syawal terdapat beberapa keutamaan yang sangat luar biasa selain mendapatkan ganjaran dari Allah SWT juga manfaat yang tak kalah luar biasanya. Selain itu, tadarus yang seolah menjadi tradisi tahunan pada bulan Ramadan menjadi suatu kegiatan harian yang berkesinambungan menjadi kebiasaan apabila dibiasakan. Demikian pula amaliah berinfaq/bersodakoh apabila sudah dibudayakan akan menjadi sebuah kecakapan bagi setiap pribadi yang beriman, dan hal-hal baik lainnya yang dapat dijadikan sebagai amal kebaikan.
Sebagaimana Asy Syibliy pernah ditanya ”Bulan ditempatkan yang lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab “Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin”. Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin beribadah di setiap bulan sepanjang tahun dan bukan hanya di bulan Sya’ban saja. Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Romadhoniyyin. Karena sesungguhnya seorang mukmin itu berhenti beramaliyah tatkala menemui kematian. Beberapa ulasan di atas agar kita memiliki rasa antusias ber-fastabiqul khairat pascaramadan. Agar saat ajal tiba kita dapat memiliki bekal menghadapi perjalanan selanjutnya untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Aamin ya rabbal alamin.
Cianjur, 17 Mei 2022